Sorotkeadilan.id – Sulawesi Selatan, Perlakuan Patuh Tidak Patuh Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari pemberian informasi obat dengan media leaflet sebagai motivasi dan edukasi kepatuhan pasien Tuberkulosis di Puskesmas Pattingalloang. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangannya. (Husnawati, 2021).

Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar menyediakan pengobatan tuberkulosis untuk anak-anak dan orang dewasa.

Pengobatan tuberkulosis pada anak-anak terdiri dari tiga jenis OAT, yaitu isoniazid, pyrazinamid, dan rifampicin. Obat-obat ini harus dikonsumsi setiap hari selama 2 bulan, kemudian untuk 4 bulan selanjutnya hanya dua jenis obat yang diteruskan yaitu rifampicin dan isoniazid. Pengobatan tuberkulosis untuk pasien dewasa 32 menggunakan OAT-FDC kategori 1 yang terdiri dari 2 bagian, yaitu pengobatan tahap awal yang berisi kaplet RHZE (Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg) sebanyak 6 blister yang digunakan selama 2 bulan dan pengobatan tahap lanjutan berisi tablet RH (Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg) sebanyak 6 blister digunakan selama 4 bulan. Jumlah blister dalam paket OAT dirancang untuk digunakan oleh pasien tuberkulosis.

Total responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dengan kasus tuberkulosis baru. Kepatuhan minum obat dipantau dengan cara menghitung sisa obat yang disimpan pasien (tablet count) pada saat pasien datang kembali mengambil sisa obat OAT untuk diminum pada minggu selanjutnya. Hasil penelitian diperoleh perbandingan yang sama antara jumlah responden laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit tuberkulosis. Pada kelompok kontrol terdapat 15 responden laki-laki (60%) dan 10 responden perempuan (40%). Pada kelompok perlakuan terdapat 10 responden laki-laki (40%) dan 15 responden perempuan (60%). (Lihat Tabel 4.1 Karakteristik pasien penderita tuberkulosis) Penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa jumlah kejadian Tuberkulosis lebih banyak terjadi pada laki-laki.

Namun faktanya dalam penelitian ini menunjukkan perbandingan yang sama antara jumlah laki-laki dan perempuan yang menderita tuberkulosis. Hal ini berarti bahwa antara laki laki dan perempuan memiliki potensi yang sama untuk tertular penyakit tuberkulosis karena penyakit ini dapat menular antar manusia melalui udara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengklasifikasikan usia manusia menjadi 9 kategori, yaitu balita 0-5 tahun, kanak-kanak 5-11 tahun, ramaja awal 12-16 tahun, remaja akhir 17-25 tahun, dewasa awal 26-35 tahun, dewasa akhir 36-45 tahun, lansia awal 46-55 tahun, lansia akhir 56-65 tahun, dan manula 65 tahun sampai atas.

Hasil yang diperoleh di Puskesmas Pattingalloang pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan usia responden yang paling banyak menderita tuberkulosis adalah usia >15 tahun yang masuk kedalam kategori remaja akhir 33 dan manula. Pada kelompok kontrol terdapat 24 responden (96%) dan pada kelompok kontrol terdapat 21 responden (84%). (Lihat Tabel 4.1 Karakteristik pasien penderita tuberkulosis) Peningkatan umur menyebabkan seseorang beresiko terhadap peningkatan kejadian tuberkulosis, umur yang paling rentan terkena penyakit tuberkulosis adalah mereka yang berumur 15-65 tahun.

Akan tetapi yang paling banyak usia lanjut lebih dari 55 tahun karena sistem kekebalan tubuh seseorang usia tersebut biasanya menurun sehingga sangat rentan terhadap suatu penyakit terutama penyakit tuberkulosis (Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2017). Jenis pekerjaan dapat memicu timbulnya penyakit melalui ada tidaknya aktivitas fisik didalam pekerjaan, sehingga dapat dikatakan pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya (Yeni, 2019). Jenis pekerjaan berkaitan dengan kejadian tuberkulosis. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya.

Berdasarkan pekerjaan, responden yang memiliki aktivitas bekerja sebanyak 41 orang (82%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (18%). (Lihat Tabel 4.1 Karakteristik pasien penderita tuberkulosis) Leaflet merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

Berdasarkan data hasil pengamatan profil kepatuhan terlihat bahwa persentase kelompok patuh di dominasi oleh penggunaan metode leaflet kombinasi pill count (100%), dengan demikian metode leaflet kombinasi pill count lebih menjadikan pasien patuh dibandingkan metode pill count. 34 Berdasarkan hasil penelitian, dari total seluruh pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini pada kelompok kontrol terdapat 2 responden yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis yang masih dalam tahap awal pengobatan. Hal ini dapat disebabkan karena pasien merasa bosan untuk mengkonsumsi obat anti tuberkulosis setiap hari.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi metode lealfet kombinasi pill count pada kelompok perlakuan responden dalam penelitian ini patuh dalam menjalani terapi antituberkulosis. Sehingga dapat di ketahui bahwa pemberian informasi obat metode leaflet ini dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis. Dari hasil analisis uji statistik terlihat p-value dari uji Chi-Square adalah 0,149 (> 0,05), yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis yang diberikan intervensi leaflet kombinasi pill count dengan metode pill count saja. Dalam hal ini leaflet tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis.

Dari hasil tersebut secara visual terdapat pengaruh antara leaflet kombinasi pill count terhadap kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis, responden yang diberikan intervensi 100% patuh dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis dan pada kelompok kontrol masih terdapat 2 responden yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.

Akibat yang mungkin terjadi dari meminum obat tidak teratur yaitu pasien dapat menularkan tuberkulosis kepada orang lain yang berada didekatnya, terutama orang yang tinggal serumah. Penyakit tuberkulosis yang ada di dalam tubuh pasien akan semakin sulit diobati, dikarenakan kuman tuberkulosis akan menjadi kebal (resisten) terhadap obat tuberkulosis.

Dampak lain dari tidak meminum obat teratur yaitu pasien akan mengulang pengobatan tuberkulosis dari awal dengan jumlah obat yang lebih banyak dari pengobatan biasa. Kepatuhan dalam pengobatan merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan terapi, terutama untuk penyakit degeneratif seperti tuberkulosis. Rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatannya merupakan salah satu penyebab rendahnya keberhasilan dalam terapi 35 pengobatan. Salah satu cara untuk menilai kepatuhan pasien tuberkulosis dalam meminum obat adalah dengan menghitung sisa obat pada saat kontrol selanjutnya.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode leaflet kombinasi pill count terlihat p-value dari uji Chi-Square adalah 0,149 (> 0,05), yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis yang diberikan intervensi leaflet kombinasi pill count dengan metode pill count saja. Dalam hal ini leaflet tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis. Berdasarkan hasil secara visual pada kelompok perlakuan 100% responden patuh minum obat setelah diberikan informasi melalui media leaflet kombinasi pill count.

Ditulis oleh :
apt. Rusdiaman, S.Si.,M.Si.
YUNIATI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *